Balubur Limbangan merupakan salah
satu kecamatan di Kabupaten Garut yang konon diberi nama oleh SUNAN GUNUNG
DJATI - CIREBON melalui SUNAN CIPANCAR atau ADIPATI LIMANSENJAYA KUSUMAH. Nama
Limbangan timbangan atau seimbang dalam menyebarkan
dakwah Islam. Nama Limbangan diusulkan oleh Sunan Gunung Djati untuk
menggantikan nama KERAJAAN GALUH PAKUAN. Sunan Cipancar merupakan seorang
adipati di kerajaan tersebut. Ia merupakan pengikut setia Raja Santang alias
Prabu Kian Santang, paman Sunan Gunung Djati.
Koordinator Pengelola Situs Sunan
Cipancar, Abah Komar Kholik, mengatakan; Sunan Cipancar adalah raja pertama
Galuh Pakuan. Kerajaan ini merupakan cikal bakal Limbangan dan kini menjadi
Kabupaten Garut. Sunan Cipancar mempunyai keyakinan yang berbeda dengan
ayahnya, Prabu Hande Limansenjaya yang menganut agama Hindu. Ia memilih Islam
setelah belajar dari Prabu Kian Santang.
Koordinator Pengelola Situs
Sunan Cipancar, Abah Komar Kholik, mengatakan; Sunan Cipancar adalah raja
pertama Galuh Pakuan. Kerajaan ini merupakan cikal bakal Limbangan dan kini
menjadi Kabupaten Garut. Sunan Cipancar mempunyai keyakinan yang berbeda dengan
ayahnya, Prabu Hande Limansenjaya yang menganut agama Hindu. Ia memilih Islam
setelah belajar dari Prabu Kian Santang.
Menurut Abah Komar, ada cerita
yang membuat Sunan Cipancar mendapat penghargaan dalam menyebarkan Islam. Ia
mendapat undangan dari Sunan Gunung Djati untuk berkumpul dengan tokoh Islam
lainnya di Cirebon. Syaratnya, semua karakter yang datang tidak boleh
terlambat.
"Kalau terlambat maka akan
dihukum mati dengan senjatanya sendiri. Sunan Cipancar terlambat beberapa detik
dan ditahan algojo. la pun mengikuti instruksi tersebut. Namun saat algojo akan
menusukan keris ke Sunan Cipancar, ada cahaya bertuliskan "laa ikraha
fiddin" dari keris itu", ucap Abah Komar sambil menunjukan Makam
Sunan Cipancar di Kampung Pasir Astana, Desa Pasirwaru, Kecamatan Limbangan,
Garut - Jawa Barat. (12/7/2017).
Dari sinar kerisnya, ia kemudian
dipanggil oleh Sunan Gunung Djati dan bisa duduk bersama tokoh Islam lainnya.
Belati yang dibawa Sunan Cipancar merupakan pemberian Prabu Kian Santang.
Berkat peristiwa itu, Sunan Gunung Djati mengganti nama Galuh Pakuan menjadi
Limbangan.
Dalam menyebarkan agama Islam,
Sunan Cipancar tak pernah memaksa kepada rakyatnya. Apalagi mayoritas saat itu
masih penganut Hindu. Secara perlahan, Sunan Cipancar menyebarkan Islam agar
bisa diterima. "Ada yang sedang memancing didatangi Sunan Cipancar karena
susah dapat ikan. Yang memancingnya disuruh baca syahadat biar dapat ikannya
banyak. Setelah baca ternyata hasil pancingannya memang banyak," katanya.
Dengan cara seperti itu, rakyat
Galuh Pakuan tertarik untuk mengikuti Islam. Cara lainnya adalah dengan
mengumpulkan seluruh masyarakat dan memasak nasi liwet bersama-sama. Sambil
menunggu nasi matang, Sunan Cipancar berdakwah tentang Islam.
"Cara-cara penyebarannya
unik. Meski ia penguasa, tapi ia tidak sewenang-wenang menyuruh rakyatnya masuk
agama Islam,"ujarnya.
Diperkirakan Sunan Cipancar
menyebarkan Islam pada tahun 1510 masehi. Abah Komar yang sudah 30 tahun menjadi
juru pelihara menyebutkan jika di makam Sunan Cipancar terdapat beberapa makam
lainnya. Terdapat tujuh makam yang sudah bisa di identifikasi termasuk makam
Sunan Cipancar.
"Masih ada tujuh makam
lainnya yang belum bisa diidentifikasi. Tapi dari dulu bentuk makamnya tidak
ada yang berubah". Katanya Sejumlah peninggalan Sunan Cipancar masih ada di
kompleks Makam Sunan Cipancar. Hanya peninggalan tersebut dikubur sedalam enam
meter. Benda pusaka yang lainnya pun masih bisa ditemui & di simpan di
Museum Garut.
"Biasanya saat bulan mulud dimandikan benda pusakanya. Sebenarnya ada larangan tiap Selasa tak boleh ziarah kesini. Cuman suka ada yang datang dari jauh jadi saya persilahkan" ujarnya. Kompleks makam Sunan Cipancar juga telah didirikan sebagai Situs Cagar Budaya. Jasa dalam menyebarkan agama Islam begitu besar di Garut. "Bisa disebut beliaulah yang pertama kali menyebarkan Islam di Kabupaten Garut".
comment 0 Please Share a Your Opinion.
more_vert